Sambangi PT Mars, Bea Cukai Sulbagsel Pererat Komunikasi dan Bahas Fasilitas KITE

  • Bagikan
Kanwil Bea Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) menjalankan salah satu fungsinya sebagai industrial assistance melalui program customs visit customer (CVC) ke PT Mars Symbioscience Indonesia (Mars) yang berlokasi di Kawasan Industri Makassar (KIMA), Makassar.

MAKASSAR, BACAPESAN.CO.ID – Kanwil Bea Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) menjalankan salah satu fungsinya sebagai industrial assistance melalui program customs visit customer (CVC) ke PT Mars Symbioscience Indonesia (Mars) yang berlokasi di Kawasan Industri Makassar (KIMA), Makassar.

Kegiatan ini dihadiri langsung Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagsel, Nugroho Wahyu Widodo beserta jajaran, serta jajaran direksi PT Mars yang diwakili oleh Marlyn Patta Sumbung (S&F Director) dan perwakilan manajemen lainnya.

Nugroho Wahyu Widodo dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan CVC bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi dan mengetahui kebutuhan pengguna jasa, dalam hal ini penerima fasilitas kepabeanan.

“Komunikasi penting agar kami dapat senantiasa meningkatkan kinerja pelayanan kami, serta menghilangkan asumsi dan persepsi”, ujar Nugroho, Senin (20/2/2023).

PT Mars adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan coklat dan pakan hewan peliharaan (vet), sekaligus penerima fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Pembebasan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Fasilitas KITE sendiri merupakan fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN impor tidak dipungut atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor.

CVC diawali dengan pemaparan proses bisnis PT Mars, penjelasan terkait update implementasi fasilitas KITE dan sesi diskusi. Rangkaian kegiatan berjalan secara menarik dan interaktif dengan membahas berbagai isu terkait pengembangan industri cokelat di Sulawesi Selatan dan diakhiri dengan factory tour.

Jeffrey Haribowo, Corporate Affairs Director PT Mars dalam paparannya menyampaikan bahwa pada saat ini komposisi biji kakao impor di Indonesia lebih banyak jika dibandingkan dengan biji kakao lokal. Namun demikian, ekspor hasil produksi industri kakao masih mampu menciptakan neraca yang positif.

Jeffrey menyampaikan bahwa neraca positif sebaiknya tidak membuat para pemangku kebijakan terlena, “Bayangkan saja berapa devisa ekspor serta surplus neraca yang dihasilkan apabila kebutuhan biji kakao impor dapat dipenuhi dari dalam negeri”ucapnya

Berbagai program research & development (R & D) dan kemitraan dengan petani kakao akftif dikembangkan oleh PT Mars. “Komitmen PT Mars adalah mengembangkan rantai pasok perusahaan ini dari hulu ke hilir, antara lain dengan meningkatkan kualitas biji kakao Sulawesi Selatan menjadi biji kakao yang premium”, ujar Jeffrey dalam paparannya.

Pemberian fasilitas KITE bermanfaat untuk memberikan kelonggaran cashflow bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, sekaligus mendorong peningkatan devisa ekspor yang lebih besar untuk menciptakan neraca perdagangan yang positif.

Kedepannya, diharapkan PT Mars senantiasa berkonsultasi kepada Bea Cukai Sulbagsel dalam pemanfaatan fasilitas KITE pembebasan. (*)

  • Bagikan