Pedagang Offline Bertahan Digempur Covid, Mati Lesu Dihajar Penjualan Online

  • Bagikan
Pedagang Tekstil, Rifandi Rifai

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Gempuran penjualan online lewat berbagai platform berimbas besar bagi para pedagang dan UMKM.

Pasalnya, penurunan drastis daya beli masyarakat secara langsung akibat penjualan online lebih fatal dibanding masa covid 19 yang berlangsung beberapa tahun lalu.

Salah satu pedagang yang bergerak di bidang tekstil, Rifandi Rifai mengatakan usahanya yang susah payah dibangun keluarga membawanya melebarkan sayap hingga ibu kota Jakarta di tahun 2017. Meski di tahun 2019 hingga 2021 lalu covid 19 merajalela, dirinya masih mampu bertahan. Tapi tidak untuk gempuran platform online.

“Usaha yang saya bangun di Jakarta sejak 2017 di masa pandemi masih bertahan, namun saat banyaknya penjualan online lewat media sosial saya terpaksa harus menutup usaha itu dan kembali ke Makassar,” ujarnya lirih.

Masalah tak berhenti di situ, di Makassar Rifandi masih berhadapan dengan masalah sama, digempur penjualan online. Satu dari tiga kiosnya harus tutup lantaran sepi pembeli.

“Sekarang di Makassar saya juga merugi, tadinya ada tiga kios saya yang beroperasi sekarang sudah tutup satu, dan waktu dekat ini satu lagi mungkin akan ditutup juga. Omset yang biasanya di atas Rp30 juta kini terjun bebas, Alhamdulillah kalau kami masih dapat Rp 1 Juta Perhari,” ungkapnya.

Saat ini Rifandi hanya bisa menunggu bantuan pemerintah, sebab bagaimanapun tidak ada yang mau dirugikan dengan melaju pesatnya teknologi.

“Saya pernah mencoba berjualan online, tao kali kalah dibandingkan para artis dengan pengikut dan penonton yang besar,” tukasnya.

“Untuk menghidupkan kembali toko offline, pengawasan terhadap penjual online perlu di perketat. Di sentral biasanya kami menjual karpet seharga Rp300 ribu, di tiktok barang jualan kami hanya dihargai Rp 50 ribu, hingga promo hanya bayar 5 ribu rupiah, bagaimana kami bisa bersaing?” tutupnya. (*)

  • Bagikan