SYL Terharu, Siap Emban Tri Dharma Perguruan Tinggi

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Universitas Hasanuddin mengukuhkan Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebagai guru besar kehormatan dalam keilmuan tata negara dan kepemerintahan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Prosesi ini digelar di ruang senat Lantai 2 Gedung Rektorat Unhas Tamalanrea, Makassar, Kamis (17/3/2022).

Menteri Pertanian itu terharu dan meneteskan air mata saat membacakan orasi ilmiah yang berjudul “Hibridisasi Hukum Tata Negara Positivistik dengan Kearifan Lokal dalam Mengurai Kompleksitas Kepemerintahan”.

SYL mengatakan bahwa hibridisasi hukum tata negara positivistik dengan kearifan lokal sebenarnya sudah ada sejak dulu, khususnya di Sulawesi Selatan. Terdapat kutipan pesan kebajikan yang menurutnya sangat relevan dengan ketatanegaraan dan kepemerintahan.

“Siri’na tau mabbutayya niakki ri pammarentaya, pa’rupanna gauka niakki ri tau jaiya, parentaia taua ri ero’na,” ungkapnya sembari meneteskan air mata.

Arti kutipan tersebut kurang lebih adalah harkat, martabat, dan gengsinya rakyat dipertanggungjawabkan oleh pemerintah, perwujudan dari segala upaya rakyat terlibat dan melibatkan diri di dalamnya, maka perintah rakyat seperti yang mereka harapkan dan butuhkan.

Mantan gubernur Sulsel dua periode itu mengatakan banyak kearifan lokal yang sekarang dimodernisasi dengan hukum positivisme.

“Hukum positif yang ada sekarang tidak boleh meninggalkan hukum-hukum yang sudah hidup dalam kehidupan masyarakat. Di hukum tata negara mengatur negara dan negara berpihak kepada kepentingan masyarakat dan menjaga rasa adil masyarakat,” ujarnya.

Dengan mendapatkan gelar guru besar kehormatan, maka SYL juga memiliki kewajiban untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Meski begitu, SYL menegaskan akan tetap menjalankan tugas utamanya sebagai Menteri Pertanian.

“Profesor itu simbolisasi dalam suatu proses perjalanan akademik. Saya punya tugas sebagai menteri. Tapi, tidak berarti tidak bisa melakukan sharing ke universitas,” imbuh SYL.

SYL menambahkan akan membagi ilmu dan pengalaman yang dimilikinya, apalagi telah memiliki karir panjang di pemerintahan sejak tahun 1982 hingga sekarang.

“Saya punya teaching knowledge yang mungkin orang lain butuhkan. Di situlah posisi kami. Kalau mau mengabdi pada bangsa ini terbuka begitu banyak kesempatan,” imbuh dia.

Rektor Unhas, Profesor Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan keilmuan SYL sebagai pakar hukum tata negara dan pemerintahan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk belejar banyak. Menurut dia, Syahrul salah satu orang yang tepat untuk mendapatkan keilmuan dan praktik pemerintahan terbaik.

“Para mahasiswa akan mendapatkan sumber ilmu yang bervariasi dari seorang pakar yang kaya prestasi, pandai berorasi, dan menguasai best practices,” ujar Dwia.

Dwia menyebutkan kiprah SYL di pemerintahan tidak main-main. Memulai karir sebagai pegawai negeri sipil pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1980. Dia mengatakan, SYL memiliki perjalanan dan pengalaman politik yang berbeda dibandingkan tokoh-tokoh nasional lainnya.

“Hasil pemikiran beliau adalah persilangan akademik dengan pengalaman secara birokrat. Karir beliau dimulai dari bawah, kepala desa, camat, dan bupati, hingga menjadi gubernur dan menteri. Tidak banyak tokoh Indonesia seperti ini. Ini akan menjadi khasanah ilmu yang kongkret,” ujar dia.

“Sekali lagi kita melihat beliau bisa mengawinkan ilmu dengan pengalaman di lapangan dengan masyarakat. Perpaduan antara hukum positif dengan nilai-nilai pemerintahan yang berasal dari kearifan lokal, tentu ini sangat mencerahkan,” sambung Dwia.

Pengukuhan SYL sebagai guru besar kehormatan dihadiri oleh berbagai tokoh. Antara lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rektor IPB University Arif Satria, Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Amany Burhanuddin Umar Lubis, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, dan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas Andi Amran Sulaiman. (*)

  • Bagikan