Menggali Peluang dari Tragedi: Mengembangkan Model Pembinaan Santri yang Lebih Berdaya dan Berempati

  • Bagikan

Benci kepada kawannya yang menikmati kebersamaan dengan orangtuanya. Kecewa karena tak bisa menikmati hal yang sama yang akhirnya menyalahkan diri sendiri. Dampak dari semua ini pada puncaknya akan melahirkan sikap yang tidak peduli pada kawannya. Kesalahan sepele saja dapat memicu amarah dan akibat yang di luar dugaan.

Kelima, mengintegrasikan teknologi dalam pembinaan. Memanfaatkan teknologi untuk memperkuat program pembinaan, baik melalui penyediaan akses terhadap sumber-sumber pendidikan agama yang berkualitas, maupun dengan mengembangkan platform online untuk dukungan kesejahteraan mental dan konflik resolusi.

Keenam, mendorong keterlibatan orangtua dan masyarakat. Melibatkan orang tua santri dan masyarakat sekitar dalam upaya pembinaan santri, dengan mengadakan program-program pendidikan dan pelatihan untuk orang tua, serta membangun jejaring kerjasama dengan institusi dan organisasi di lingkungan sekitar.

Ketujuh, melakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan. Menyelenggarakan sistem monitoring dan evaluasi berkelanjutan untuk melacak kemajuan dan efektivitas dari model pembinaan yang baru. Evaluasi ini harus melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak terkait, termasuk santri, guru, pembina, orang tua, dan komunitas setempat.

Monitoring dan evaluasi berkelanjutan ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan proses pembinaan, misalnya dengan mempertimbangkan rasio pembina dan santri yang optimal. Rasio ini sangat tergantung pada ukuran pondok pesantren dan jenis kegiatan pembinaan yang diselenggarakan.

Namun idealnya, setiap Pembina harus mampu memberikan perhatian yang cukup kepada sejumlah santri yang ditangani. Seorang Pembina idealnya hanya menangani maksimal 30 santri.

Selanjutnya, strategi peningkatan kualifikasi dan skill Pembina, serta ketersediaan waktu dan energi. Pembina santri harus memiliki kualifikasi yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Mereka harus memiliki pengetahuan agama yang baik, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, manajemen konflik dan keterampilan kepemimpinan, termasuk pengetahuan psikologi.

  • Bagikan