Negosiasi Debt-ceiling AS dan Inflasi Jadi Biang Dinamika Perekonomian Global Cukup Tinggi

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID– Sepanjang Mei 2023, perekonomian global mengalami dinamika cukup tinggi yang menyebabkan kinerja intermediasi di beberapa sektor ekonomi nasional mengalami penurunan.

Hal tersebut diungkapkan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, Meski dinamika perekonomian terpantau cukup tinggi, stabilitas sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga dengan permodalan solid, profil risiko terjaga dan likuiditas yang memadai.

Dalam laporannya, Mahendra mengungkapkan penyebab dinamika perekonomian tinggi disebabkan ketidakpastian negosiasi debt-ceiling di Amerika Serikat (AS) dan inflasi yang masih
persisten di level yang tinggi.

“Ketidakpastian negosiasi debt-ceiling di Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global khususnya di pasar surat utang setelah sempat mereda seiring tekanan terhadap perbankan global yang juga mereda. Selain itu, tingkat inflasi yang persisten di level yang tinggi, kinerja perekonomian dan pasar tenaga kerja di AS yang masih solid diperkirakan akan dapat kembali memicu kenaikan suku bunga kebijakan di AS,” jelasnya.

Tren pelemahan perekonomian global juga masih berlanjut terutama tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional, pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang lebih rendah daripada ekspektasi semula, penurunan harga komoditas, serta fragmentasi geopolitik.

“Sekalipun demikian, kinerja perekonomian nasional terpantau relatif stabil dengan inflasi mengalami penurunan menjadi 4 persen dibanding tahun sebelumnya yakni di bulan April yang berasa di angka 4,33 persen,” ungkapnya

Lebih jauh Kinerja sektor manufaktur masih melanjutkan ekspansi dengan Purchasing Managers Index (PMI) di Mei 2023 menjadi 50,3, namun melambat dibandingkan bulan sebelumnya di bulan april berada di angka 52,7.

Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus di April 2023 meski kinerja ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam dipengaruhi turunnya harga dan volume komoditas ekspor utama Indonesia. (*)

  • Bagikan